- Quote :
KABAR mengejutkan kembali harus dialami balita di wilayah Kota Bandung. Setelah sebelumnya sempat dikejutkan dengan hasil penelitian yang menyebutkan, tingkat kecerdasan (IQ) balita di Kota Bandung akan terpengaruh pencemaran (polusi) asap kendaraan, kini masyarakat kembali dikejutkan dengan informasi yang menyebutkan, 30% balita di Kota Bandung berpotensi tumbuh dengan IQ rendah karena mengalami masalah perkembangan.
Dari hasil "Workshop Tumbuh Kembang Pediatri Sosial 2008" yang diselenggarakan di Bandung diketahui, penyebab utama gangguan tersebut, kurangnya stimulasi dari orang dewasa di sekitar balita.
Masalah perkembangan yang dimaksud meliputi keterlambatan dan penyimpangan fungsi perkembangan. Misalnya anak terlambat bicara, gangguan perkembangan motorik, dan penyimpangan fungsi bahasa. Penyebabnya bisa bermacam-macam, di antaranya penyakit hiperaktif dan autisme.
Persoalan anak memang bukan hanya menjadi masalah di Kota Bandung. Organisasi PBB di Bidang Kesehatan (World Health Organization/WHO) bahkan pernah mengungkapkan, hampir 800.000 warga dunia tewas karena pencemaran udara. Dari jumlah itu, 500.000 lebih yang meninggal berasal dari negara-negara Asia.
Kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Semarang, disinyalir tak lagi jadi tempat sehat untuk membesarkan anak. Sebabnya, pencemaran udara. Di Indonesia, masalah ini memang belum ditangani secara baik.
Data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang baru dirilis menyebutkan, berbagai kasus penyakit, seperti jantung, infeksi saluran pernapasan, asma, dan angka kematian bayi ikut meningkat karena pencemaran udara.
Macam pencemaran udara ini beragam. Mulai dari polusi kendaraan, asap buangan pabrik, asap rokok, sampai kabut asap akibat pembakaran hutan di Sumatra dan Kalimantan, beberapa waktu lalu. Kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya mencatat angka pencemaran udara tertinggi akibat polusi asap kendaraan bermotor.
Tak heran bila kemudian, WHO sempat meminta pemerintah di negara-negara Asia berusaha keras mewujudkan udara bersih. Penyebabnya tak lain karena setiap tahun hampir 500.000 warga di Asia meninggal akibat penyakit yang disebabkan pencemaran udara.
Lepas dari laporan WHO, pemerintah sudah seharusnya terus berupaya mengurangi pencemaran udara. Misalnya dengan mengembangkan bahan bakar bio-energi untuk menggantikan peran bahan bakar fosil seperti bensin.
Selama ini terkesan, pemerintah pusat dan daerah dinilai tak serius mengatasi masalah pencemaran udara. Sejumlah LSM menilai, pemerintah pusat dan daerah tidak konsisten menangani masalah pencemaran udara.
Pemerintah Kota Bandung harusnya membatasi jumlah kendaraan bermotor, bukan menebang kawasan hijau untuk memperlebar jalan di Bandung. Selain itu harus ada upaya mengajak masyarakat untuk mengendalikan pencemaran udara.
Persoalan semacam ini harus segera dilakukan Pemkot Bandung. Bila tidak, dikhawatirkan derita anak di Kota Bandung akan terus bertambah. Bukankah pada masa usia mereka, anak-anak seharusnya menikmati masa kanak-kanaknya dengan berbagai fantasi dan imajinasi yang mereka miliki.